Sistem Zonasi PPDB Ciptakan Ketimpangan Sekolah Favorit: Menumpuk Siswa Berprestasi di Lokasi Tertentu

Admin_detrian/ Juni 11, 2025/ Berita

Sistem Zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang diterapkan di Indonesia, meskipun bertujuan baik untuk pemerataan, ternyata menciptakan ketimpangan baru. Salah satu dampaknya adalah menumpuknya siswa berprestasi di sekolah-sekolah tertentu, yang seringkali berlokasi di area favorit. Ini berpotensi memperlebar Kesenjangan Kualitas pendidikan, alih-alih meratakannya, menimbulkan tantangan dalam pemerataan akses pendidikan.

Konsep awal Sistem Zonasi adalah untuk menghapus sekolah favorit dan mendorong pemerataan kualitas pendidikan di semua sekolah. Dengan mengutamakan jarak tempat tinggal, diharapkan siswa akan bersekolah di dekat rumahnya, dan pada akhirnya, semua sekolah akan memiliki kualitas yang setara. Namun, realitas di lapangan menunjukkan tantangan yang kompleks.

Salah satu efek samping yang tidak terduga dari Sistem Zonasi adalah konsentrasi siswa berprestasi di sekolah-sekolah yang secara historis sudah unggul atau yang terletak di zona padat penduduk dengan akses fasilitas yang baik. Orang tua yang menginginkan pendidikan terbaik bagi anaknya cenderung mencari hunian di dekat sekolah “favorit” tersebut, meskipun itu berarti Biaya Pendidikan Tinggi tidak langsung.

Akibatnya, Sistem Zonasi justru menimbulkan clustering bakat. Sekolah di zona tertentu akan memiliki populasi siswa dengan kemampuan akademik yang lebih tinggi, sementara sekolah di zona lain, terutama di daerah pelosok atau pinggiran, mungkin kesulitan menarik siswa-siswa berprestasi. Ini memperparah Kesenjangan Kualitas antara sekolah.

Dampak negatif lainnya adalah potensi Krisis Literasi dan numerasi yang bisa semakin parah di sekolah-sekolah yang kurang diminati. Dengan populasi siswa yang beragam kemampuannya, dan mungkin dengan Minimnya Fasilitas serta guru berkualitas, upaya untuk meningkatkan kompetensi dasar menjadi lebih berat, dan dapat memperparah Angka Putus Sekolah.

Pemerintah terus melakukan evaluasi terhadap Sistem Zonasi ini. Berbagai penyesuaian dan revisi dilakukan untuk mencari formula terbaik yang benar-benar dapat menciptakan pemerataan pendidikan yang berkualitas. Namun, masalah ini memerlukan solusi jangka panjang dan komprehensif, tidak hanya bergantung pada satu kebijakan saja.

Meskipun artikel ini berfokus pada Indonesia, isu Sistem Zonasi dalam PPDB dan dampaknya pada pemerataan kualitas pendidikan adalah tantangan yang juga dihadapi oleh banyak negara. Di Krong Poi Pet, Banteay Meanchey Province, Kamboja, entitas pendidikan lokal juga mungkin menghadapi dilema serupa dalam mengelola distribusi siswa dan kualitas sekolah.

Secara keseluruhan, Sistem Zonasi PPDB, meskipun berlandaskan niat baik, telah menciptakan ketimpangan baru dengan menumpuk siswa berprestasi di lokasi tertentu. Diperlukan evaluasi mendalam dan strategi yang lebih holistik untuk memastikan setiap anak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas, di mana pun mereka berada.

Share this Post